Senin, 28 Februari 2011

Tulisan

SUKSES

SUKSES, kata ini sering sekali kita dengar, dimana semua orang ingin merasakan arti atau makna dari kata tersebut.
SUKSES tidak akan terjadi begitu saja, melainkan ada suatu usaha-usaha yang harus dilakukan, usaha tersebut bisa bernilai positif dan bisa juga bernilai negatif. Semua itu tergantung pada seseorang  yang akan menggapai suatu kesuksesan tersebut dengan cara atau jalan yang akan digunakan.


SUKSES BERNILAI POSITIF

Sukses yang bernilai positif dimana seseorang yang melakukan suatu usaha dengan sungguh-sungguh dan melalui jalan yang positif. Contohnya seorang mahasiswa yang ingin memperoleh hasil baik dalam ujiannya, maka mahasiswa tersebut melakukan suatu usaha dengan belajar bersungguh-sungguh tanpa mencontek atau melihat hasil kerja orang lain pada saat mengerjakan soal ujian.

Banyak orang menilai sukses yang positif bararti sukses dengan hasil atau out put yang baik, tidak memperhatikan proses atau suatu usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri dalam mencapai suatu kesuksesan tersebut.

Padahal sukses yang positif bukan berarti sukses dengan cara atau usaha yang positif pula, bisa saja sesorang yang ingin memperoleh kesuksesan dengan hasil yang positif akan tetapi menggunakan cara atau jalan yang negatif.


SUKSES BERNILAI NEGATIF

Sukses yang bernilai negative  dimana seseorang yang ingin memperoleh kesuksesan yang positif  akan tetapi cara yang dilakukannya bernilai negatif atau  tidak sesuai dengan hukum dan  aturan yang berlaku dalam suatu lembaga, organisasi ataupun dalam lingkungan masyarakat.

Dari contoh diatas  kita dapat membandingkan kebalikannya, seorang mahasiswa yang ingin memperoleh hasil baik dalam ujiannya, akan tetapi  mahasiswa tersebut tidak mau melakukan suatu usaha dengan belajar bersungguh-sungguh, dengan cara  mencontek atau melihat hasil kerja orang lain pada saat mengerjakan soal ujian untuk mendapatkan nilai baik dari hasil ujian tersebut.

Dalam artian ini mahasiswa tersebut ingin meperoleh nilai yang baik dalam ujiannya, akan tetapi nilai tersebut didapat dengan cara atau jalan yang salah bahkan menyalahi aturan yang berlaku.
Contoh ini merupakan contoh sesorang yang ingin memperoleh kesuksesan yang positif akan tetapi menggunakan jalan yang negative.




Jadi, makna atau  arti kata sukses itu sendiri dapat dinilai sesuai penilaian dari hasil suatu usaha dan proses yang digunakan, usaha tersebut bisa bernialai positif dan bisa juga bernilai negative.



Sabtu, 26 Februari 2011

Tugas Rangkuman BAB IV

BAB IV
TEORI ORGANISASI MODERN


DASAR PEMIKIRAN TEORI ORGANISASI MODERN 

Teori organisasi dan manajemen modern dikembangkan sejak tahun 1950, walaupun beberapa tulisan telah dibuat sebelumnya. Teori modern dengan tekanan pada perpaduan (synthesis) dan perancangan (design), menyediakan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
Teori modern bisa disebut sebagai teori organisasi dan manajemen umum yang memadukan teori klasik dan teori neoklasik dengan konsep-konsep yang lebih maju. Teori modern cenderung memandang organisasi sebagai system terbuka dengan dasar analisa konseptual, dan didasarkan pada data empiris serta sifatnya sintesa dan integrative.
Teori modern menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi adalah sangat kompleks, dinamis dan multilevel, multidimensional, multivariable, dan probablistik. Sebagai suatu system organisasi terdiri atas tiga unsure, diantaranya:
1.    Unsur struktur yang bersifat makro
2.    Unsur proses yang juga bersifat makro
3.    Unsur prilaku anggota organisasi yang bersifat mikro.
Ketiganya saling kait-mengait dan tak terpisah satu sama lain.
Dengan analisa system, teori organisasi modern mencoba untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang saling berhubungan, dimana hal ini kurang ditekankan pada dua teori organisasi lainnya.

TEORI SISTEM UMUM 

Teori system umum merupakan suatu aspek analisis organisasi yang berusaha untuk menemukan kaidah-kaidah umum organisasi yang bersifat universal. Tujuan dari teori sitem umum adalah penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasional universal dengan menggunakan elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh system sebagai titik awal.
   
Ada beberapa tingkatan system yang harus diintegrasikan.
Kenneth Boulding mengemukakan klasifikasi tingkat-tingkat system sebagai berikut:
1.    Struktur static yang merupakan tingkat rangka dasar, anatomi suatu system.
2.    Sistem dinamik sederhana
3.    Sistem sibernetik
4.    Sistem terbuka
5.    Sistem genetika social
6.    Sistem hewani
7.    Sistem manusiawi
8.    System social
9.    System trasedental
Konsep system ini menjadi dasar utama analisa organisasi dalam teori organisasi modern. 

PENDEKATAN-PENDEKATAN MANAJEMEN 

Perkembangan teori organisasi yang telah dibahas diatas, memberikan dasar munculnya berbagai pendekatan manajemen yang berbeda-beda.
Berikut ini sebagai rangkuman akan dibahas pendekatan-pendekatan manajemen yaitu pendekatan proses, perilaku, kuantitatif, system dan contingency (situasional).

PENDEKATAN PROSES

Pendekatan proses dalam manajemen disebut juga pendekatan fungsional, universal, tradisional atau klasik.
Empat prinsip pendekatan proses klasik adalah :
1.    Kesatuan perintah
2.    Persaman wewenang dan tanggung jawab
3.    Rentang kendali yang terbatas
4.    Delegasi pekerjan yang rutin


PENDEKATAN KEPRILAKUAN

Pendekatan ini muncul karena adanya ketidak puasan terhadap pendekatan klasik. Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan hubungan manusiawi (human relation approach), mengemukakan bahwa pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efesiensi produksi dan kehormatan kerja. Hal tersebut dikarenakan mengabaikan factor prilaku masing-masing individu yang berbeda dalam organisasi.
PENDEKATAN KUANTITATIF 

Pendekatan kuantitatif (quantitative approach) sering disebut dengan istilah management science atau operations research (OR).
Menurut pendekatan kuantitatif, masalah-masalah manejemen dapat dirumuskan dan dijabarkan dalam berbagai bentuk model matematis dan kemudian dianalisa serta dipecahkan dengan menggunakan berbagai teknik atau metoda kuantitatif untuk memperoleh hasil optimum.


PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan system dalam manajemen merupakan pendekatan yang ditetapkan paling akhir, dan dapat dipahami dengan sudut pandangan teori system umum atau analisis system. Pendekatan ini memeberikan kepada manajemen cara memandang organisasi sebagai keseluruhan dan sebagai bagian lingkungan eksternal yang lebih luas.

PENDEKATAN CONTIGENCY (SITUASIONAL)

Pendekatan contingency bermaksud untuk menjembatani gap yang ada anatara teori dan prakteknya. Disamping itu, pendekatan ini juga memasukan variable-variabel lingkungan dalam analisisnya, karena perbedaan kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep atau teknik manajemen yang berbeda pula.
Jadi, pendekatan contingency muncul karena ketidakpuasan atas anggapan keuniversalan dan kebutuhan untuk memasukan berbagai variable lingkungan kedalam teori dan praktek manajemen.







Sumber:
Sukanto, Hani Handoko , Edisi 2 Organisasi Perusahaan, BPFE,
Yogyakarta;1982

Tugas Rangkuman BAB III

BAB III
TEORI ORGANISASI NEOKLASIK

Seperti terkandung dalam namanya, teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Anggapan dasar teori neoklasik adalah  menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Atas dasar anggapan ini teori neoklasik mendefinisikan suatu organisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama. Dimana definisi ini berbeda dengan definisi klasik.


PERKEMBANGAN TEORI NEOKLASIK

Teori neoklasik muncul dan mengusulkan perubahan-perubahan pada teori klasik.
Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Hawthorne. Serta tulisan Hugo Munsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga dalam buku-buku tentang hubungan manusia seperti Gardner dan Moore. Human Ralation in Industry dan sebagainya.
Hugo Munsterberg mempunyain pendekatan-pendekatan yang banyak didasarkan pada manajemen ilmiah Taylor. Jadi, pada dasarnya Munsterberg menekankan adanya perbedaan-perbedaan karakteristik individual dalam organisasi-organisasi. Dan sebagai tambahannya beliau mengingatkan adanya pengaruh factor social dan budaya terhadap organisasi.
Sedangkan percobaan Hawnthorne yang dimulai pada tahun 1924 di pabrik Hawthorne milik perusahaan Western Electric di Cicero, Illinois dan diakhiri pada bulan November 1931 dimana tahun tersebut merupakan percobaan ketiga sekaligus terakhir. Tujuan dari observasi ini adalah untuk lebih memahami norma-norma yang mengendalikan hasil kerja setiap organisasi yang dikembangkan oleh kelompok social para pekerja atau organisasi informal.
Dan pada akhirnya percobaan Hawthorne menunjukan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohersif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.


PANDANGAN NEOKLASIK TERHADAP ORGANISASI INFORMAL

    Faktor-faktor yang dapat menetukan munculnya organisasi informal antara lain:
1.    Lokasi
2.    Jenis pekerjaan
3.    Minat
4.    Masalah-masalah khusus

Selama pendekatan menghadapi organisasi informal dipusatkan pada manajemen, cukup beralasan untuk meperkirakan bahwa standard an norma-norma kelompok informal dapat menyebabkan tidak jalannya kebijaksanaan organisasi formal.









Sumber:
Sukanto, Hani Handoko , Edisi 2 Organisasi Perusahaan, BPFE,
Yogyakarta;1982

Tugas Rangkuman BAB II

BAB II
TEORI ORGANISASI KLASIK

Konsep-konsep tentang organisasi sebenarnya telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsepnya sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau kadang-kadang disebut juga sebagai teori tradisional. Dampak teori klasik pada organisasi telah dan masih dirasakan sangat besar. Sebagai contoh, organisasi yang didasarkan birokrasi dan banyak bagian lain dari teori klasik, telah ada ribuan thun yang lalu, seperti yang dikenal dalam kerajaan mesir, China, dan kekaisaran Romawi. Gereja Kotalik Roma telah mempergunakan teori klasik hamper dua ribu tahun lamanya. Jadi, konsep-konsep klasik dan penerapannya berkembang dibanyak Negara dan dalam waktu yang sudah cukup lama.

Para teoritisi menekankan pentingnya “rantai pemerintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan supervise ketat untuk mengubah oraganisasi agar beroprasi lebih efisien. Teori klasik memberikan petunjuk “mekanisti” structural yang baku bukan kreativitas.

Teori klasik berkembang dalam tiga aliran : birokrasi, teori administrasi dan manajemen ilmiah. Ketiga aliran ini dibangun atas dasar anggapan-anggapan yang sama. Ketiganya juga memberikan efek yang sama dalam praktek, dan semua dikembangkan sekitar tahun 1900-1950 oleh kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak saling berhubungan. Sebagai contoh, Lyndall Urwick, salah satu penulis administrasi, menulis bukunya tanpa membacara buku Max Weber,  yang merupkan buku terpenting tentang birokrasi.

Birokrasi dikembangkan dari ilmu sosiologi. Sedangkan teori administrasi dan manajemen ilmiah dikembangkan langsung dari pengalaman praktek manajemen. Teori administrasi memusatkan diri pada aspek makro dari organisasi. Aliran manajeme ilmiah member tekanan pada karyawan dan mandor dalam kegiatan perusahaan.

Teori klasik mendefinisikan organisasi sebagai Struktur hubungan, kekuasaan-kekuaasan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain yang terjadi bia orang-orang bekerjasama.

TEORI BIROKRASI

Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya: The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Ia menulis juga buku-buku lain, antara lain adalah The Theory of Social and Economic Organization.

Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional organisasi disebut rasional dalam hal penerapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut  organisasi itu legal karena wewnangnya berasal dari seperangkat aturan, prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas. Menurut Weber bentuk organisasi yang birokratik secara kodratnya adalah bentuk organisasi yang paling efisien. Weber juga mengemukakan karakteristi-karakteristik birokrasi sebagai berikut :

1.    Pembagian kerja yang jelas.
2.    Hierarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
3.    Program rasional
4.    Sistem prosedur bagi penannganan situasi kerja.
5.    Sistem aturan yang mencakup ha-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6.    Hubungan atar pribadi yang bersifat “impersonal”. Ada pemisahan antara masalah pribadi dengan persoalan-persoalan resmi (formal) organisasi.

Jadi, birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menkankan strutur dalam organisasi.

TEORI ADMINISTRASI

Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik, teori ini juga berkembang sejak tahun 1900. Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika.

Henry Fayol mengemukakan 14 kaidah manajemen, diantaranya :

1.    Pembagian kerja (division of work)
2.    Wewenang dan tanggung jawab (author and responsibility)
3.    Disiplin (discipline)
4.    Kesatuan pemerintah (unity of command)
5.    Kesatuan pengrahan (unity of direction
6.    Mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi (subordination of individual interests to  general interests)
7.    Balas jasa (remuneration of personnel).
8.    Sntralisasi (centralization)
9.    Rantai scalar (scalar chain)
10.    Aturan (order)
11.    Keadilan (equity)
12.    Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
13.    Inisiatif (initiative)
14.    Semangat korps (spirit de corps)

Urwick dan Gulick memperkenalkan dalam makalahnya tentang prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembagian kerja, koordinasi, penciptaan departemen-departemen yang disusun atas dasar “tujuan, proses, personalia dan tempat” dan penggunaan staf.


TEORI MANAJEMEN ILMIAH
    
Bagian ketiga dari teori klasik adalah manajemen ilmiah (scientific management). Manajemen ilmiah, dikembangkan mulai sekitar tahun 1900 oleh Fredick Winslow Taylor, telah dipergunakan cukup luas.

Taylor mengemukakan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu:
1.    Menggantikan metoda-metoda kerja dalam praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang ilmiah dan benar.
2.    Mengadakan seleksi, latihan-lathan dan pengembangan para karyawan secara ilmiah.
3.    Pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus     diintegrasikan.
4.    Perlu dikembangkan semangat mental para karyawan melalui pendekatan antar karyawan dan manajer.


TEORI KLASIK : ANATOMI ORGANISASI FORMAL

Tiga unsur pokok orgnisasi formal yang selalu muncul dalam literature-litearur manajemen adalah :
1.    Sistem kegiatan yang terkoordinasi.
2.    Kelompok orang.
3.    Kerjasama untuk mencapai tujuan.

Sedangkan dasar-dasar organisasi menurut teori klasik dan menurut para pengikut aliran tersebut membagi dalam empat kondisi-kondisi, diantaranya :

1.    Kekuasaan
2.    Saling melayani
3.    Doktrin
4.    Disiplin






Sumber:
Sukanto, Hani Handoko , Edisi 2 Organisasi Perusahaan, BPFE,
Yogyakarta;1982