BAB III
TEORI ORGANISASI NEOKLASIK
TEORI ORGANISASI NEOKLASIK
Seperti terkandung dalam namanya, teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Anggapan dasar teori neoklasik adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Atas dasar anggapan ini teori neoklasik mendefinisikan suatu organisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama. Dimana definisi ini berbeda dengan definisi klasik.
PERKEMBANGAN TEORI NEOKLASIK
Teori neoklasik muncul dan mengusulkan perubahan-perubahan pada teori klasik.
Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Hawthorne. Serta tulisan Hugo Munsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga dalam buku-buku tentang hubungan manusia seperti Gardner dan Moore. Human Ralation in Industry dan sebagainya.
Hugo Munsterberg mempunyain pendekatan-pendekatan yang banyak didasarkan pada manajemen ilmiah Taylor. Jadi, pada dasarnya Munsterberg menekankan adanya perbedaan-perbedaan karakteristik individual dalam organisasi-organisasi. Dan sebagai tambahannya beliau mengingatkan adanya pengaruh factor social dan budaya terhadap organisasi.
Sedangkan percobaan Hawnthorne yang dimulai pada tahun 1924 di pabrik Hawthorne milik perusahaan Western Electric di Cicero, Illinois dan diakhiri pada bulan November 1931 dimana tahun tersebut merupakan percobaan ketiga sekaligus terakhir. Tujuan dari observasi ini adalah untuk lebih memahami norma-norma yang mengendalikan hasil kerja setiap organisasi yang dikembangkan oleh kelompok social para pekerja atau organisasi informal.
Dan pada akhirnya percobaan Hawthorne menunjukan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohersif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.
PANDANGAN NEOKLASIK TERHADAP ORGANISASI INFORMAL
Faktor-faktor yang dapat menetukan munculnya organisasi informal antara lain:
1. Lokasi
2. Jenis pekerjaan
3. Minat
4. Masalah-masalah khusus
Selama pendekatan menghadapi organisasi informal dipusatkan pada manajemen, cukup beralasan untuk meperkirakan bahwa standard an norma-norma kelompok informal dapat menyebabkan tidak jalannya kebijaksanaan organisasi formal.
Sumber:
Sukanto, Hani Handoko , Edisi 2 Organisasi Perusahaan, BPFE,
Yogyakarta;1982
Tidak ada komentar:
Posting Komentar