BAB II
TEORI ORGANISASI KLASIK
TEORI ORGANISASI KLASIK
Konsep-konsep tentang organisasi sebenarnya telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsepnya sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau kadang-kadang disebut juga sebagai teori tradisional. Dampak teori klasik pada organisasi telah dan masih dirasakan sangat besar. Sebagai contoh, organisasi yang didasarkan birokrasi dan banyak bagian lain dari teori klasik, telah ada ribuan thun yang lalu, seperti yang dikenal dalam kerajaan mesir, China, dan kekaisaran Romawi. Gereja Kotalik Roma telah mempergunakan teori klasik hamper dua ribu tahun lamanya. Jadi, konsep-konsep klasik dan penerapannya berkembang dibanyak Negara dan dalam waktu yang sudah cukup lama.
Para teoritisi menekankan pentingnya “rantai pemerintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan supervise ketat untuk mengubah oraganisasi agar beroprasi lebih efisien. Teori klasik memberikan petunjuk “mekanisti” structural yang baku bukan kreativitas.
Teori klasik berkembang dalam tiga aliran : birokrasi, teori administrasi dan manajemen ilmiah. Ketiga aliran ini dibangun atas dasar anggapan-anggapan yang sama. Ketiganya juga memberikan efek yang sama dalam praktek, dan semua dikembangkan sekitar tahun 1900-1950 oleh kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak saling berhubungan. Sebagai contoh, Lyndall Urwick, salah satu penulis administrasi, menulis bukunya tanpa membacara buku Max Weber, yang merupkan buku terpenting tentang birokrasi.
Birokrasi dikembangkan dari ilmu sosiologi. Sedangkan teori administrasi dan manajemen ilmiah dikembangkan langsung dari pengalaman praktek manajemen. Teori administrasi memusatkan diri pada aspek makro dari organisasi. Aliran manajeme ilmiah member tekanan pada karyawan dan mandor dalam kegiatan perusahaan.
Teori klasik mendefinisikan organisasi sebagai Struktur hubungan, kekuasaan-kekuaasan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain yang terjadi bia orang-orang bekerjasama.
TEORI BIROKRASI
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya: The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Ia menulis juga buku-buku lain, antara lain adalah The Theory of Social and Economic Organization.
Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional organisasi disebut rasional dalam hal penerapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut organisasi itu legal karena wewnangnya berasal dari seperangkat aturan, prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas. Menurut Weber bentuk organisasi yang birokratik secara kodratnya adalah bentuk organisasi yang paling efisien. Weber juga mengemukakan karakteristi-karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1. Pembagian kerja yang jelas.
2. Hierarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
3. Program rasional
4. Sistem prosedur bagi penannganan situasi kerja.
5. Sistem aturan yang mencakup ha-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6. Hubungan atar pribadi yang bersifat “impersonal”. Ada pemisahan antara masalah pribadi dengan persoalan-persoalan resmi (formal) organisasi.
Jadi, birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menkankan strutur dalam organisasi.
TEORI ADMINISTRASI
Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik, teori ini juga berkembang sejak tahun 1900. Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika.
Henry Fayol mengemukakan 14 kaidah manajemen, diantaranya :
1. Pembagian kerja (division of work)
2. Wewenang dan tanggung jawab (author and responsibility)
3. Disiplin (discipline)
4. Kesatuan pemerintah (unity of command)
5. Kesatuan pengrahan (unity of direction
6. Mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi (subordination of individual interests to general interests)
7. Balas jasa (remuneration of personnel).
8. Sntralisasi (centralization)
9. Rantai scalar (scalar chain)
10. Aturan (order)
11. Keadilan (equity)
12. Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
13. Inisiatif (initiative)
14. Semangat korps (spirit de corps)
Urwick dan Gulick memperkenalkan dalam makalahnya tentang prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembagian kerja, koordinasi, penciptaan departemen-departemen yang disusun atas dasar “tujuan, proses, personalia dan tempat” dan penggunaan staf.
TEORI MANAJEMEN ILMIAH
Bagian ketiga dari teori klasik adalah manajemen ilmiah (scientific management). Manajemen ilmiah, dikembangkan mulai sekitar tahun 1900 oleh Fredick Winslow Taylor, telah dipergunakan cukup luas.
Taylor mengemukakan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu:
1. Menggantikan metoda-metoda kerja dalam praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang ilmiah dan benar.
2. Mengadakan seleksi, latihan-lathan dan pengembangan para karyawan secara ilmiah.
3. Pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan.
4. Perlu dikembangkan semangat mental para karyawan melalui pendekatan antar karyawan dan manajer.
TEORI KLASIK : ANATOMI ORGANISASI FORMAL
Taylor mengemukakan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu:
1. Menggantikan metoda-metoda kerja dalam praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang ilmiah dan benar.
2. Mengadakan seleksi, latihan-lathan dan pengembangan para karyawan secara ilmiah.
3. Pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan.
4. Perlu dikembangkan semangat mental para karyawan melalui pendekatan antar karyawan dan manajer.
TEORI KLASIK : ANATOMI ORGANISASI FORMAL
Tiga unsur pokok orgnisasi formal yang selalu muncul dalam literature-litearur manajemen adalah :
1. Sistem kegiatan yang terkoordinasi.
2. Kelompok orang.
3. Kerjasama untuk mencapai tujuan.
Sedangkan dasar-dasar organisasi menurut teori klasik dan menurut para pengikut aliran tersebut membagi dalam empat kondisi-kondisi, diantaranya :
1. Kekuasaan
2. Saling melayani
3. Doktrin
4. Disiplin
Sumber:
Sukanto, Hani Handoko , Edisi 2 Organisasi Perusahaan, BPFE,
Yogyakarta;1982
Tidak ada komentar:
Posting Komentar